Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Kaget, Ternyata Ini Kisah Cinta Tan Malaka

Selasa, Oktober 11, 2022 | Oktober 11, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-10-13T17:26:12Z

News Laskar, Bekasi Tan Malaka yang dikenal sebagai “Bapak Republik” dan segala perjuangannya untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari keterpasungan Kolonialisme serta Imprealisme memang tidak diragukan lagi. Seluruh hidupnya didedikasikan penuh pada perjuangan. Namun, siapa sangka? Bahwa Anekdot dari banyak keluarga, kerabat serta para penulis sejarah Tan Malaka, mengatakan bahwa “Tan menjadi Marxis karena kegagalanya dalam cinta pertama. Itulah yang menyebabkan Tan menjadi amat Antiborjuis dan Feodal untuk orang yang merebut pujaan hatinya.” Namun tetap saja, ini hanya Anekdot.

Dalam kisah cintanya Sang Kiri Nasionalis ini, memang sama tragis dengan hidupnya yang Klandestin. Padahal, Ibrahim sudah sempat di Jodohkan oleh Sinah,Ibunya. Namun Ibrahim menolak. Ibrahim lebih memilih menjadi seorang Datuk dibandingkan kawin dengan pilihan Ibunya. Memang awalnya Ibrahim yang belum genap 17 Tahun menolak Gelar Datuk, sedangkan Ibrahim adalah Putra tertua dari keluarga Simabur. Namun Karena Ibunya menyandingkan pilihan dengan kawin, maka Ibrahim menyerah. Gelar tertinggi di adat Minang itu diterima oleh Ibrahim, sehingga Namanya menjadi Ibrahim Datuk Tan Malaka.

Ternyata Penolakan Tan dari perjodohan itu ada sebab. Tan, telah memiliki gadis lain di hatinya. Gadis itu adalah seorang putri keempat dari Nawawi Sultan Makmur (Guru Bahasa Melayu di Kweekschool yang membantu Charles Van Ophuijsen menyusun kitab Melajoe Tahun 1901) yang bernama Syarifah Nawawi.

Syarifah dan Tan adalah kawan satu Angkatan di Gadenkboek Kweekschool Pada tahun 1907. Setelah lulus, keduanya terpisah Ribuan mil. Karena Tan melanjutkan Studi ke Negeri Kincir Angin, Belanda. Namun tetap saja, Tan berusaha untuk tetap menjalin hubungan dengan Syarifah. Sangat di sayangkan, Syarifah tidak pernah sekalipun membalas surat yang sering dikirim oleh Tan. Poeze (sejarawan Belanda penulis Biografi Tan Malaka) sempat bertemu dengan Syarifah di Tahun 1980. “Tan Malaka? Hmm, dia seorang pemuda yang aneh” Begitu katanya tanpa menjelaskan keanehannya.

Syarifah lebih memilih menikah dengan seorang Bupati Cianjur yang sudah memiliki Lima anak dari dua Selir. R.A.A. Wiranatakoesoema dan Syarifah menikah pada 1916. Sedang Ibrahim Datuk Tan Malaka membuka hati untuk gadis lain.

Tan Malaka terkenal dengan kisah Heroiknya, berpindah dari satu Negara ke Negara lain dalam pelarian. Di setiap Negara, Tan memang selalu memiliki hubungan dengan Perempuan. Baik itu merawat Tubuhnya ketika ia sakit, Menolong, atau bahkan hanya sekedar teman. Di dalam memoarnya, Dari Penjara Ke Penjara, Tan menuliskan nama-nama Perempuan yang sempat dekat dengan Tan. Ada Nona Carmen, di Canton. Ia adalah anak dari Rektor Universitas Manila yang memberi petunjuk kepada Tan Untuk masuk Filipina,merawat, dan mengajarkan Bahasa Tagalog. Di China pun sama, Tan kembali sering menyebutkan sosok perempuan dengan sebutan AP pada tahun 1937.

Namun ketika Bung Karno telah membacakan naskah proklamasi pada 1945. Tan pulang, dan kembali jatuh cinta di Tanah Air.  Tan dekat dengan Paramita Rahayu Abdurrachman, yang ternyata ibunya adalah teman karib dari Syarifah. Awalnya Tan memiliki perasaan pada Paramita, namun lagi-lagi Tan di tolak. Menariknya, kawan paramita adalah Minarsih Soedarpo-Wiranatakoesoema, Putri dari Syarifah. Ia sama-sama aktif di Palang Merah Indonesia. Dan semenjak Tan mengetahui bahwa ibunya Minarsih itu sudah menjanda, cinta lama bersemi kembali dari Sang Bapak Republik.  Syarifah yang telah cerai dari Bupati Cianjur,Tan kembali Melamar Syarifah, meski Syarifah telah dikaruniai 3 anak dari mantan suaminya. Namun upaya Tan kembali gagal, Tan ditolak yang ke-2 kalinya oleh syarifah.

 Tetapi, Syarifah bukanlah satu-satunya Perempuan yang di cintai Tan. Tan yang kerap disebut “Macan” di Belanda, Adam Malik bertanya pada Tan, “Apakag Bung pernah Jatuh Cinta?”  Tan menjawab ; “ Pernah, Tiga kali malahan. Sekali di Belanda, sekali di Filipina, dan sekali di Indonesia. Yah, semua itu katakanlah hanya cinta yang tak sampai, perhatian saya terlalu besar untuk perjuangan”Sampai akhir hayat, Ibrahim Datuk Tan Malaka mendedikasikan penuh hidupnya pada perjuangan negara Indonesia.

(arsm)

Tidak ada komentar:

Iklan