Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Karena Tulisan, Ibu Tak Mati !

Selasa, Januari 10, 2023 | Januari 10, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-01-09T18:06:11Z

 

Melalui tulisanya, saya merasa sosok ibu yang sudah meninggal dunia tetap berada disisi saya. (sumber: pexels)

News laskar, opini- Bagi sebagian orang, menulis menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan isi hatinya. Dengan cara tersebut, seseorang dapat memberi pengalaman hidup, berbagi wawasan, memiliki karya, dan intinya, bukan karena paksaan. karena setiap penulis memiliki motivasi sendiri dalam menulis.

 

Bagi saya, tanpa menulis, seseorang akan mati seutuhnya. Tetapi dengan menulis, orang itu akan tetap hidup meski jasadnya sudah terkubur tanah.

 

Salah satu penulis ternama, Pramoedya Ananta Toer juga mengatakan bahwa menulis adalah kerjaan untuk keabadian.

 

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam Masyarakat dan dari sejarah. Menulis adaah kerja untuk keabadian," tulisnya.

 

Dan saya sangat bersyukur, dilahirkan dari seorang Ibu yang gemar dan hobi menulis. Meski tulisannya tidak terkenal dan tak pernah terekspose. Namun setidaknya, saya tidak kesepian ketika Ibu meninggalkan saya dan dunia untuk selamanya.

 

Dihujung akhir hidupnya, ketika berjuang melawan penyakit kanker. Ibu juga tak lepas untuk menulis. Tulisan Puisi-puisi tersebut membuat saya merasa bahwa nasihat, rasa, dan jiwanya tetap berada di sisi saya.

 

Dalam penggalan akhir puisinya yang berjudul Tidak Ada Yang Tahu, saya mengerti bahwa sebenarnya ibu sangat menyayangi anak-anaknya. Saya yakin, bahwa Ibu sudah mengetahui ujung dari segala perjuangannya dalam melawan penyakitnya. Namun, rasa berat meninggalkan anak-anaknya yang telah ia urus sendiri sebagai single perents membuatnya tetap berdoa agar dirinya kembali menjadi sehat.

 

Tidak ada yang tahu.

Dalam terpejamnya mata.

Aku tidak sanggup meninggalkan anak-anak ku, Tuhan.

Air matapun...

Ya Rabb...

Sehatkan aku lagi tanpa ada penyakit lain.

 

Tak hanya itu, Ibu saya seakan-akan sudah tahu bahwa sehat yang akan dialaminya bukan didunia lagi. Sehingga pesan-pesan kepada kami, anaknya. Serta kawan-kaannya juga tak luput diselipkan pada puisinya.

 

Pada puisi yang berjudul Segala Kemungkinan. Ibu berpesan, ketika kelak jantungnya tak berdetak kembali, Ibu berharap agar tidak menangisinya, karena itu bukan hal yang diinginkannya. Ia hanya ingin, agar kita tetap merindukannya untuk ketenangannya di akhirat.

 

Nak, dan kawanku...

Jika Jantungku berhenti.

Jangan tangisi kepergianku.

Semua itu bukan inginku.

Tersenyumlah untukku .

Rindukan aku seumur hidup kalian.

Agar kidung do'a selamatkan akhiratku.

 

Dan kini, ibu saya sudah tiada. Saya yakin, biar bagaimanapun sosok Ibu. Rasa rindu anak pada ibunya tak bisa disembunyikan. Dan hanya melalui doa yang dialiri oleh air mata saja yang kini dapat saya lakukan.

 

Dari kisah sederhana itu, dan beberapa tulisan yang saya temui pada selembar kertas yang ditulis melalui pensil yang sudah tak tebal lagi. Saya belajar, bahwa menulis membuat sesorang akan tetap hidup. Begitulah yang selama ini ibu katakan dalam nasihat. Ia selalu menyampaikan, tulislah dengan rasa. Karena hanya dengan tulisan, coretan, kau akan tenang dalam kehidupan.

 

Semoga dengan tulisan sederhana ini, kita dapat kembali menuliskan rasa, entah bahagia, sedih, atau marah pada tulisan. Sebab, sampai detik ini, nyawa tetap menjadi rahasia Tuhan. Dan orang yang kita sayangi, cintai, harus tetap merasa bersama kita. (Asep)

Tidak ada komentar:

Iklan