![]() |
Baginya, jalanan adalah sumber kehidupan keluarganya. Berbagai cara ia lakukan untuk bertahan hidup barang sehari saja.(ilustrasi anak jalanan by pexels) |
Ditengah terik matahari
dan segudang polusi, mereka tak payah untuk mencari sesuap nasi. Tak bosan
meratapi Lampu lalu lintas agar cepat berganti menjadi merah. Itulah sedikit
rutinitas yang seharusnya tak ia alami.
Baginya, jalanan
adalah sumber kehidupan keluarganya. Berbagai cara ia lakukan untuk bertahan
hidup barang sehari saja. Ada yang menjual koran, mengamen, ngemis, bahkan
membuka jasa elap kendaraan.
Tak pantas mereka
melakukan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa itu. Akibatnya juga sangat
fatal, mereka mengerti yang seharusnya belum ia mengerti. Seperti bicara kasar,
merokok, dll. Pada umumnya, seusia mereka dipenuhi dengan belajar dan bermain. Naas,
mereka tak mendapatkanya.
Ditelusuri lebih
mendalam, ketika saya berhasil untuk diskusi dengannya. Ia mengeluh dan sudah
tak ingin lagi berlama-lama di simpang jalan ini. namun menurutnya, keadaan
ekonomi keluarga masih memaksa ia untuk mencari rejeki di jalan.
Mereka hanya anak
kecil yang tak tahu apa-apa. Kalau bukan ada sosok yang mempengaruhi mana
mungkin. Lantas siapakah yang mempengaruhi mereka? Siapakah yang merenggut masa
bermain dan belajar mereka? Mungkinkah orang lain (preman)? Atau bahkan
orangtuanya sendiri?
Dari hal ini,
maka harus ada sosok yang peduli terhadap pendidikannya, pada cerianya. Entah pemerintah,
mahasiswa, atau elemen masyarakat lainnya. Jangan sampai bangsa kita rugi
akibat kehilangan penerus bangsanya sendiri. (arsm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar