![]() |
Namun berbeda kalau kebohongan itu dilakukan oleh Abu Nawas. Kisahnya sangat penuh hikmah, dan menggelitik juga. (ilustrasi peradaban timur by pexels) |
NEWS
LASKAR,OPINI- Tingkah laku
Abu Nawas akan selalu membuat kita terbengong heran. Banyak hikmah yang bisa
dipetik dari kisah-kisah yang ia goreskan pada lembar sejarah.
Bagi saya, setiap
dari tingkah laku Sosok Penyair itu tak akan terlepas dari Hikmah. Suatu hal
yang dipandang buruk bagi kalangan awam kalau dilakukan olehnya akan timbul
hikmahnya, termasuk kebohongan. Namun berbeda kalau kebohongan itu dilakukan
oleh Abu Nawas. Kisahnya sangat penuh hikmah, dan menggelitik juga. Berikut kisah
Kebohongan Abu Nawas yang mengandung hkmah sangat mendalam:
Alkisah, Abu Nawas sedang berjalan di tengah pasar. Di depan
kerumunan orang-orang ia sengaja berhenti. Sejurus kemudian ia melepas topi dan
melihat ke dalam topinya dengan ekspresi penuh bahagia. Orang-orang pun heran,
lalu bertanya.
Orang: “Hai Abu Nawas, apa yg kamu lihat ke dalam topimu itu
hingga membuatmu tersenyum begitu bahagia?”
Abunawas: “Aku sedang melihat Surga yang dihiasi barisan
bidadari-bidadari cantik nan menawan (dengan ekspresi meyakinkan).
Seseorang: "Coba aku lihat!"
Abu Nawas:"Tapi saya tidak yakin kamu bisa melihat
seperti apa yang aku lihat.”
Orang-orang:“Mengapa?"
_serempak karena sama-sama semakin penasaran).
Abu Nawas :“Karena hanya orang beriman dan shaleh saja yang
bisa melihat Surga dan bidadari di topi ini."
Seseorang:"Coba aku lihat!"
Abu Nawas :“Silakan!”
Orang itu pun melihat ke dalam topi, lalu sejenak menatap ke
arah Abu Nawas, kemudian menengok ke orang-orang di sekelilingnya dan berkata:
"Benar, aku melihat surga dan bidadari. Luar
biasa!”(dengan penuh kagum).
Orang-orang pun heboh ingin menyaksikan Surga dan bidadari
dalam topi Abu Nawas. Namun Abu Nawas mewanti-wanti, bahwa hanya orang-orang
beriman dan shaleh saja yang bisa melihatnya. Dari sekian banyak yang melihat,
banyak yang mengaku melihat Surga dan bidadari. Namun banyak juga yang tidak
bisa melihat sama sekali. Mereka yang tidak bisa melihat berkesimpulan
*"Abu Nawas telah berbohong".
BACA JUGA: SELAMATKAN BANGSA DENGAN BERANTAS MAFIA
Mereka pun melapor kepada Paduka Raja dengan tuduhan Abu
Nawas telah menebar isu kebohongan di tengah masyarakat.Sampai akhirnya Abu Nawas dipanggil
menghadap Raja untuk diadili di Sidang Raja
RAJA: "Benarkah di dalam topimu bisa terlihat surga beserta bidadarinya, wahai Abu Nawas?"
Abu Nawas: "Benar, Paduka Raja, tetapi hanya orang
beriman dan shaleh saja yang bisa melihatnya. Sementara yang tidak bisa,
berarti dia belum beriman dan tidak shaleh. Jika Paduka Raja mau menyaksikannya
sendiri, silakan..
RAJA: "Baiklah, kalau begitu saya mau menyaksikannya
sendiri.”
Sudah pasti Sang Raja tidak akan pernah bisa melihat surga
apalagi bidadari di dalam topi Abu Nawas. Lalu Raja berpikir, jika ia katakan
tidak melihat surga dan bidadari, berarti ia termasuk golongan tidak beriman,
maka itu akan berakibat fatal dan merusak reputasinya sebagai Raja.
RAJA:(setengah berteriak dan pura-pura kagum)“Engkau benar, wahai Abu Nawas. aku
menyaksikan sendiri Surga dan Bidadari di dalam topi ini!!!"
Maka, rakyat yang melapor demi menyaksikan reaksi Sang Raja
jadi terdiam seribu bahasa. Tak ada yang berani membantah. Mereka takut berbeda
pandangan dengan Sang Raja, khawatir dicap makar, belum beriman & tidak
shaleh.
Dari kisah yang di ceritakan kembali oleh KH.Tubagussalim
ini memetik banyak hikmah. Ketakutan untuk berbicara jujur menjadi faktor
gengsi, gengsi bila dianggap belum beriman dan tidak shaleh. Padahal, label itu
hanyalah rekayasa yang dipenuhi dengan kepura-puraan. Kepercayaan diri sebagai
pribadi mandiri untuk berpegang teguh pada "kebenaran berdasarkan prinsip
kejujuran" telah dirontokkan oleh kekhawatiran status yang sesungguhnya
sangat subyektif dan semu. Ketika keberanian telah hilang, maka kepalsuan akan
menjelma sebagai suatu kebenaran.
Dan legitimasi kebohongan yang di lakukan oleh Abu Nawas
sudah seringkali nampak di lingkungan kita. Bahkan mungkin bisa saja diri kita
sendiri. Akhirnya, kecerdasan tanpa kejujuran dan keberanian jadi takluk di
bawah kecerdikan yang dibawakan dengan penuh percaya diri meski itu adalah tipu
daya yang nyata. (arsm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar